Monday 16 March 2015

Eksplore Gresik : Bukit Surowiti & Goa Langsih, Berpetualang di Petilasan Sunan Kalijogo

Explore Gresik, ya judul  itu terinspirasi tagar banyak orang ketika memposting foto di instagram. Setelah sebelumnya berkunjung ke Makam Sunan Giri dan Bukit Jamur, kali ini akan kutuliskan serunya berpetualang di Bukit Surowiti yang terletak di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Jawa Timur. Bukit ini diyakini sebagai salah satu Petilasan atau Jejak yang tertinggal dari Sunan Kalijogo. Disini terdapat beberapa goa yang masih alami belum ada renovasi jalan yang memudahkan kita untuk mengaksesnya. Hanya Goa Langsih yang berani saya kunjungi.

Jalan raya dari Sidayu menuju Panceng

Pukul 09:00 pagi  aku berangkat naik motor dari kostku di daerah Bunder, Kota Gresik menuju rumah teman yang baru aku kenal beberapa hari lalu. Namanya Mutim, mahasiswa tingkat akhir jurusan sosiologi  Universitas Negeri Surabaya yang sedang penelitian di tempat kerjaku. Beruntung aku yang membantunya mencari data sehingga selain belajar tentang sosiologi aku juga punya teman baru dan penduduk lokal tentunya, jadi ada "guide" yang ngasih pencerahan untuk mengisi liburan. Balik lagi kita bahas rute ya, Dari daerah Bunder aku melewati GKB, kawasan industri Manyar yag pagi ini macet dan panas hingga sampai di Desa Kemangi, Kecamatan Bungah. Mutin sudah menungguku di depan gapura jalan menuju rumahnya. Gantian dia yang nyetir meluncurlah motorku diatas aspal menuju lokasi tujuan yang kemarin kita perbincangkan. Hanya terus lurus melewati kecamatan Sidayu, Ujung Pangkah dan kemudian dibelah kiri jalan ada gapura bertulisakan bukit Surowiti kemudian kita belok ke arah kiri. Jika sebelumnya kita melewati jalan aspal yang relatif mulus, kali ini jalan sempit dan aspal sudah rusak. Jadi berhati - hatilah bagi anda yang berniat menuju kesini. Lurus saja hingga menemui petunjuk arah yang dipsonsori provider seluler bertulis Wisata Surowiti.

 Foto Kiri : jalan kecil menuju perkampungan Surowiti, Foto Kiri : Penunjuk jalan menuju Lokasi

Kurang lebih satu jam perjalanan sampai juga ke lokasi tujuan. Sampai di ujung gang ada sekelompok anak muda yang memberhentikan kendaraan, menunjukkan tempat parkir  dan loket masuk wisata. parkir kendaraan kita berada di halaman rumah warga sekitar, namun tenang saja itu cukup aman kok dengan biaya 3000 ribu rupiah untuk motor dan 5000 untuk mobil. Tiket masuk juga sangat murah yaitu hanya seribu rupiah per orang. Namun jangan kaget ya setelah membayar loket kalian akan diserbu beberapa nenek yang meminta - minta seperti yang saya alami di Makam Sunan Giri, namun lebi agresif yang disini. Jangan harap kamu bisa berjalan santai menyusuri  jalan ke bukit kalau kamu belum memberi salah satu dari mereka. Jadi tips saya adalah siapkan uang pecahan untuk dibagi - bagikan, karena tidak hanya di pintu masuk saja tapi kamu akan menemui sepanjang jalan hingga ke goa.

Mana tega melewati mereka tanpa memberi apapun :(

Setelah melewati beberapa rumah penduduk kita harus menaiki ratusan anak tangga sesi 1 dengan pemandangan alam yang terhampar begitu indah. Saat anak tangga sesi 1 terlewati, kita akan menemui kelokan menuju anak tangga sesi 2. yah sesi ini hanya mempermudah saya saja untuk menulis, karena banyak sekali anak tangga yang harus dilewati. di sesi kedua ini saya menyaksikan penduduk setempat sedang memperbaiki tangga agar nyaman ketika dilalui. kegiatan ini bersifat gotong royong dan dana berasal dari sumbangan wisatan, iuran warga serta bantuan desa.

 ketika berjuang menaiki ratusan anak tangga

 gotong royong warga, ideologi indonesia yang mulai sirna

lelah juga terus menapakkan langkah, aku dan mutin mencari tempat teduh untuk duduk sebentar dan menikmati bekal yang saya bawa sambil mengatur nafas yang sudah ngos - ngos-an (kelihatan banget ga pernah olahraga). dan tentu donk manfaatkan waktu sejenak untuk take a picture alias selfie. dan inilah hasilnya. Maafkan kenarsisan kami.




Dan mari kita melanjutkan petualangan.......

 dan serius aku gak kenal itu pemeran figuran di belakangku


 
 indahnya tangga berliku yang dilewati


setelah habis melahap ratusan anak tangga sampai sesi berapa lupa karena terlalu banyaknya, kita akan melewati pemukiman warga. meski diatas bukit, warga disini menurut saya sudah bukan warga dengan kondisi kekurangan. semua rumahnya sudah tembok dan berlantai  keramik serta terlihat dibeberapa rumah ada kendaraan bermotor yang terparkir. Hal ini yang membuat banyak orang percaya tentang mitos bahwa bukit surowiti adalah tempat mencari "pesugihan". Padahal mereka dapat hidup layak karena ada anggota keluarga yang bekerja menjadi TKI di luar negeri terutama malaysia. Ini keseimpulan tanya setelah ngobrol santai dengan mbak2 penjualan jajanan tempat saya bersinggah karena tiba- tiba hujan mengguyur deras tanpa peringatan.


Hujan sudah reda menyisakan tanah yang basah, mendung yang sedikit gelap dan rintik gerimis yang menyegarkan. Petualangan kita lanjutkan, sebelum menuju perbukitan kita akan melewati makam yang sepertinya sakral karena dilindungi bangunan berpagar tinggi. Tak kusinggahi, langsung kulangkahkan kali menyusuri jalan paving menuju Goa langsih. Goa ini aku pilih untuk ku kunjungi karena goa ini yang paling familiar didatangi pengunjung wisata ini, ada sekitar lima goa lagi namun q  tidak hafal namanya dan enggan mengunjunginya. Dari mbak pedagang tadi, selain Goa langsih adalah goa yang biasa digunakan para pencari "wangsit" dan atau "pesugihan" bersemedi yang kerap datang pada malam jum'at. Dan ini pemandangan yang kita jumpai, dataran tinggi dengan pohon besar yang rindang, tebing - tebing kapur yang kokoh menjulang dan sejauh mata memandang terlihat cantik bukit kapur dan ladang warga terhampar.



Dan mulailah kita menuruni bongkahan batu berundak menuju mulut gua disisi jurang. kalau pake sepatu jadi licin karena habis terguyur hujan. kalau tidak pake sepatu sakit ditelapak kaki karena batunya tajam. ya aku tetep pakai sepatu tapi hati - hati sangat berpegangan semak belukar. dan meluncurlah saya masuk kedalam goa yang diterangi satu lampu kecil. jadi sebelum masuk ke goa ini kalian harus mengisi kotak amal dan memberi nenek - nenek disini. kalau tidak diberi uang bisa saja ketika sudah didalam gua lampu dimatikan. dan itu terjadi pada rombongan yang baru saja keluar goa ketika saya akan masuk kedalamnya.

       
Foto Kiri : Mulut Goa Langsih, 
Foto Kanan : Didalam goa dengan penerangan lampu yang dinyalakan apabila kita mengisi kotak amal
         
 sisi lain goa langsing, ada lubang besar disisi jurang, udara dan cahayanya cukup menyegarkan

Setelah bergelap - gelapan beberapa meter dibawah bongkahan batu kita akan menemukan secercah cahaya terang ditepian jurang. disitu kemudian ada tangga dari kayu yang akan membawamu masuk ke perut bumi semakin dalam. karena penasaran saya nekad menuruni tangga tersebut. dibawah sangat amat gelap dan oksigen yang terbatas membuat pengap. langsung aroma kembang tujuh rupa dan dupa menyergap. banyak lagi lorong - lorong sempit disini namun aku tak berani mengeksplore lebih dalam. selain senter cuma dari handphone juga sudah sesak rasanya nafas. Kata penduduk, disini ada tetesan mata air yang katanya ampuh untuk pengobatan. ahh diruangan segelap ini mana sempat saya nyari observasi lebih dalam. yang pasti disitu ada seorang yang sedang duduk bersila, posisinya seperti orang bertapa. Setelah satu grup kita sampai dibawah, aku langsung mendaki tangga kayu tadi agar segera bisa bernafas.
Suasana Goa Langsa Lantai Atas


ini tangga menuju lantai bawah yang lebih gelap,
 foto diambil dari sini karena kamera saya tidak mumpuni untuk mengambil gambar sebagus ini
maaf ya blm ijin saat memposting


Kurang lebih setengah jam mendekam di dalam gua, menikmati dinding - dinding batu  dan bercengkerama dengan wisatawan lain. akhirnya saya menapaki jalan - jalan  batu untuk keluar gua.  sebagaimana banyak perjalanan. lebih mudah saat keluar daripada saat memasuki goa tadi. Dan ini ekspresi saya keluar dari perut bumi di Bukit Surowiti. Ada saja hal yang patut kita syukuri. Basah tanah dan bebatuan selepas hujan, sinar matahari yang mencintai bumi tanpa lelah, langit biru cerah menyapa renyah dan juga udara segar yang selalu kita butuhkan  tapi jarang kita pedulikan.

 keluar juga dari perut bumi



Perjalanan untuk kembali ke tempat parkir lebih mudah karena lebih banyak turunan daripada tanjakan. Air hujan yang tadi membahasi jalanan sudah dikeringkan oleh sinar mentari. Kembali lagi melewati nenek - nenek yang mengejar - ngejar kita bukan karena terpesona namun karena meminta - minta padahal tadi waktu berangkat sudah kita hampiri, mungkin karena sudah tua jadi pelupa. Saya sempatkan juga membeli jajanan pada penduduk lokal yang berjualan, sebenarnya ini sebagai tanda terimakasih karena penjualnya ramah waktu saya interogasi tentang seluk beluk Bukit Surowiti. Rasanya semua rasa lelah terbayar dengan pengalaman berpetualang ini. Tak salah bisa saya kemudian menulis status "Uang bisa dicari tapi kenangan dan pengalaman hidup tidak bisa dibeli".



No comments:

Post a Comment